Rabu, 02 Mei 2012

Pendidkan Tanggung Jawab Siapa?

                                     Pendidikan Anak Tanggungjawab Siapa?
   Judul di atas merupakan sebuah pertanyaan klasik. Pertanyaan itu pasti tidak asing apalagi aneh. Semua orang tentu mengenal pertanyaan itu. Mereka sering bertanya. Mereka juga sering bisa menjawab. Namun mereka hanya bisa menjawab bahwa mereka sudah bertanggung jawab melalui kata-kata hampa dan sama sekali tidak berarti. Mereka hanya bisa dan sanggup berkata-kata. Tapi perilaku mereka tidak pernah menunjukan bahwa mereka memang bertanggungjawab.
    Pertanyaan berikut mengusik benak penulis. Siapa-siapa semestinya yang sangat bertanggungjawab atas pendidikan anak? Jawabannya adalah sebagai berikut:
    1. Orangtua ( parent ).
        Orangtua utama adalah Bapak dan Mama. Maksudnya bapak dan mama yang membuat seorang anak itu sampai ada di dunia dan menghirup udara segar. Bukan 0rangtua kakek - nenek atau bapak mama tetangga apalagi kakak-kakaknya. Yang lebih fatal adalah malah para pembantu rumahtangga yang berkelakuan seperti preman dan bajingan justru dipercaya oleh orangtua zaman modern untuk mendidik anaknya di rumah. Maka jangan heran kalau kelakuan anak-anak sekarang lebih menyerupai preman jalanan daripada seorang anak manusia yang beradab. Perilaku beradabnya punah dan diganti dengan perilaku " preman lontong," kata keren teman saya.
        Penulis sendiri memang tidak menjamin, bahwa seorang anak manusia yang dilahirkan oleh rahim seorang ibu manusia dan dididik oleh ibu yang melahirkannya, pasti menjadi anak yang baik. Namun sejauh yang penulis tahu bahwa apabila orangtua anak itu berperilaku baik dan wajar maka hampir pasti si anak tersebut berperilaku baik dan normal di mana saja. Namun perlu juga dicatat bahwa ketika salah satu orangtua memiliki peran ganda ( baca: kelakuan aneh dan susah dikontrol), maka kita pun tidak heran kalau buah hatinya menjadi mendua tingkah lakunya. Maksud penulis, kalau bapak atau mamanya perokok, penjudi, tukang gosip atau suka menipu, anak cepat atau lambat pasti meniru kelakuan itu. Maka hati-hati menjadi orangtua. Yang pasti orangtua bukan malaikat yang sangat sempurna. Namun oangtua pasti tidakdilarang untuk memberi contoh hidup yang baik menurut standar umum untuk anak-anaknya.
      Pada zaman super canggih ini, penulis melihat ada indikasi super aneh terhadap anak-anak produk masa kini.Satu hal yang amat sangat mengganggu nurani penulis yaitu " kebanyakan anak -anak zaman sekarang menjajah orangtua kandung mereka" Mereka justru yang menyetir orangtua. Mereka membentak - bentak orangtua mereka bila keinginan mereka belum dipenuhi. Dan hampir setengah jumlah orangtua zaman ini pasrah saja. Mereka malah takut terhadap ancaman anak mereka. Yang membimgungkan adalah bahwa sebenarnya yang harus marah itu siapa? Sebenarnya yang harus mendidik itu siapa? Apakah ini zaman sudah betul-betul edan. Atau memang orangtua yang sudah edan. Kalau tidak edan dan gila mengapa justru anak-anaknya yang mengatur-atur orangtua. Kazian orangtua! Anak - anak yang sok atur orangtua itu sudah benar-benar gila. Benar - benar gila. Adalagi anak-anak yang memarahi orangtuanya dengan membentak-bentak, memaki-maki, menyumpahi dan bahkan memukul orangtuanya. Dia kira orangtuanya yang sudah tua renta itu " Chris John atau Mike Tyson kalee," menyedihkan sekali.Penulis yakin bahwa semuanya itu bisa terjadi karena pendidikan awal yang salah dari rumah. Ya! Kembali ke tanggungjawab orangtua. karena
orangtua ( baca: bapak dan ibu merupakan pendidik pertama, utama dan tertua di dunia). Pendidikan nilai yang pertama ,utama dan tertua tempatnya dalah di rumah.

  2. Lingkungan sekitar.
       Lingkungan itu ada dua :
       Lingkungan yang pertama yaitu lingkungan rumah.
       Rumah disebut lingkungan karena tidak hanya orangtua dengan anak yang tinggal dalam rumah.
Di dalam sebuah rumah bisa jadi ada kakak, adik, kakek, nenek, tante atau boleh jadi ada sepupu dll.
Mereka semua mempunyai perenan masing-masing yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan periaku seorang anak dalam hidupnya.Pengaruh mereka ini tidak bisa dianggap enteng apalagi menganggapnya sepele. Akibatnya bisa fatal dan merugikan bila yang dipengaruhi adaalah hal-hal buruk.
Contoh sederhana : Orangtua anak itu tidak suka maki. Kemudian anak justru diajar maki oleh penghuni rumah selain orangtua. Lama - kelamaan anak berubah menjadi tukang maki.

    3. Lingkungan pergaulan di luar rumah.
        Dulu ketika penulis masih kecil sampai usia remaja, orangtua penulis yang tidak pernah sekolah alias bua huruf selalu mengatakan ini, " Nanti kalau kamu berteman dengan pencuri, kamu jadi pencuri."
Atau " Kalau berteman dengan penipu kamu pasti jadi penipu, berteman dengan penjudi jadi penjudi."
Artinya apa? Artinya, bahwa kalau lingkungan pergaulan kita tidak benar hampir pasti kita ikut- ikutan jadi brutal dan hancur berantarkan. Buktinya dapat ditemui dalam kehidupan kita sehari- hari.
      Pesan penulis jadilah orangtua yang baik dan bertanggungjawab nasihati kita sekaligus memberi contoh hidup yang baik disertai kasih sayang untuk mereka secara utuh. Jangan memarahi mereka bila mereka salah.Orangtua memarahi anak itu tidak boleh dilarang oleh undang-undang manapun. Undang -undang perlindungan anak itu sama sekali tidak melindungi anak. Justru undang-undang itu menjerumuskan anak-anak kelembah nestapa. Undang-undang itu lebih pas disebut undang-undang penipuan untuk partai-partai politik. Dan penulis jamin mereka pasti tidak mengerti apalagi memahami pendidikan.

   4. Sekolah
       Personil sekolah yang berperan sangat besar dalam memanusiakan manusia muda adalah " Guru."
Kata guru sengaja diketik dalam petik karena tidak semua guru zama sekarang bisa mendidik.
       Ciri - ciri guru yang boleh disebut pendidik adalah sbb:
        a. Rajin dan suka datang dan tiba di sekolah sepuluh menit sebelum bel masuk kelas untuk mulai PBM
            dibunyikan. ( baca: selalu tepat waktu atau tidak suka terlambat kesekolah ).
        b. Rajin dan selalu tepat waktu masuk kelas untuk mengajar.
        c. Tidak suka cari muka atau menjilat atasan dan mencela rekan gurunya baik didepan guru-guru
            apalagi didepan para siswa.
       d. Tidak ngeles murinya sendiri. Karena ngeles murid sendiri adalah perbuatan tercela dan memalukan.
       e. Tidak mengharapkan terpilih menjadi " Guru terbaik atau Guru paling kreatif dengan cara merayu
           anak - anak yang dia ajar di privat les dan semua siswa pengurus OSIS.
       Lima hal tersebut diatas sama sekali merupakan kelakuan seorang guru yang  bermartabat sangat
   rendah dan mejijikan sekaligus tidak bisa untuk dijadikan contoh. Artinya kalau mau jadi guru yang beradab dan bermartabat " Jangan mengharapkan terpilih menjadi guru terbaik dengan cara yang tidak terpuji donk. Berkelakuanlah yang wajar-wajar saja ya! Karena dengan berkelakuan yang wajar-wajar dan normal, kita telah ikut mendidik seorang anak manusia menjadi orang baik dan bermartabat. Setuju?



                                                                                                 Tarakan, 2 May 2012
                                                                                             
                                                                                                  Written by  :  Mr.Nick P.
                                                                                                 Fr.Don Bosco Junior High School.
                                                                                                 
                                                                                                 

















 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar