Rabu, 16 Mei 2012

Anak Wanita: Manusia atau Bukan sih?

                                   Anak Wanita: Manusia atau Bukan sih?
        Siapa saja yang membaca judul tulisan di atas, pasti menganggap penulis sudah tidak waras. Masih syukur  kalau hanya dibilang tidak waras. Lebih menyusahkan lagi apabila ada sementara pembaca yang berani menyebut penulis sebagai orang sakit kepala atau sudah gegar otak. Ya! terserah kapada pembaca mau menyebut penulis dengan predikat apa saja boleh. Ya! Suka-suka pembaca sajalah. Namun jangan lupa penulis pasti memiliki alasan kuat mengapa sampai memilih dan menetapakan judul di atas untuk di tulis.
        Sejarah telah membuktikan bahwa bamyak sekali suku bangsa di muka bumi ini, yang meraguakan bahawa wanita sesungguhnya seorang manusia.
         Dalam sejarah china sejak zaman dahulu bahkan mungkin sampai detik ini, kaum wanita merupakan
makhluk yang tidak pernah diharapakan kelahiranya di dunia. Mereka hanya mengharapakan anak lelaki yang hadir dalam rumahtangga mereka. Kelahiran seorang anak wanita dalam keluarga china dianggap sebagai kesialan.
         Dalam masa - masa awal perkembangan gereja katolik, wanita benar-benar dianggap sebagai manusia yang tidak sempurna. Ada sementara para teolog katolik yang memiliki pandangan miring dan sesat tentang wanita sebagai berikut:
        1. Seorang Teolog di abad 12 menulis : Ingatlah, seorang wanita cantik berasal dari setetes sperma    
             yang berbau busuk dan hanya cocok untuk makanan cacing.
        2. Thomas dari Aquino, teolog termasyhur di abad tengah berpendapat : perempuan adalah seorang la
             -laki yang kurang sempurna.
        3. Santu Agustinus mengatakan : Wanita adalah alat kesenangan belaka bagi pria." ( seri buku vox 40/3
            page:.9, 1995).1.
        Oleh karena maka di mana-mana wanita dianggap rendah, tidak punya hak suara, upah minimum rendah,
status hak dalam politik sma sekali tidak di perhitungkan malah wajib dijegal dengan alasan apapun.
         Sedangkan seorang Adolf Hitler pernah bilang bahwa wanita hanya baik untuk 4k : Kirche (gereja),
Kuche ( dapur), Kinder (anak), und Kleider ( pakaian). (Seri vox page: 41)2.
Jadi menurut si manusia kejam itu, wanita hanya pantas untuk mengurus di gereja, sibuk di dapur, melahirkan anak dan merawatnya dan berbelanja pakaian dan lain-lain.
        " Dalam zaman feodal, di berbagai negara kaum wanita mengalami penindasan. Kaum wanita Tionghoa
mungkin yang paling menderita. Kelahiran mereka tidak disambut baik oleh orangtua malah disambut dengan kecewa. Kadang mereka dijual sejak mereka masih kanak-kanak. Kemerdekaannya sangat dibatasi." 3.
       Lain padang lain ilalang, Lain lubuk lain pula ikan nya.
Sama halnya dengan di belahan dunia yang lain. Begitu juga dengan di daerah Nusa Tenggara Timur. Lebih khusus untuk daerah Lio Ende. Seorang anak wanita tidak boleh pernah punya hak untuk menjadi ahli waris.
Mereka tidak memiliki hak untuk mewarisi kekayaan atau harta orangtuanya, terutama harta warisan berupa
tanah. Alasannya, mereka adalah " wunu kaju lela". Wunu kaju lela artinya "daun yang mudah terbang. Artinya kalau mereka sudah menikah, wajib mengikuti suaminya. Dan mereka sama sekali tidak boleh mendaptkan apapun dari orangtuannya, kecuali apa yang sudah ada dibadannya.Kemudian muncul pertanyaan. Bagaimana dengan para wanita Lio Ende yang menjadi bujang sepanjang segala abad?
Nasib mereka sama saja. Kalau ada rumah dan tanah warisan, mereka hanya punya hak numpang atau hak
pakai. Hal itu terjadi karena wanita tidak pernah dianggap manusia dalam suku lio. Kalau mau mereka di anggap manusia, maka berilah mereka hak donk! Dampak buruk dari budaya yang aneh ini yaitu banyak para suami mewarisi cara berpikir yang salah dan sesat ini.
        Salah satu pikiran sesat yang mengganjal pikiran lelaki Lio Ende adalah apabila dalam keluarganya belum ada anak lelaki, si suami akan mencari terus. Salah satu cara yaitu menghamili terus istrinya sampai dapat anak lelaki. Makannya banyak sekali keluarga Lio yang memilki anak banyak. Cara berikut adalah dengan menikah lagi dengan wanita lain walaupun dilarang oleh agama yang mereka anut dan melanggar hukum perkawinan. Masih ada cara lain yaitu dengan mengadakan adopsi anak lelaki orang lain atau keluarga sendiri. Dan salah satu cara lagi yaitu menghamili atau pinjam istri orang lain atau anak gadis orang lain untuk mendapatkan anak lelaki. Gara-gara wanita tidak dianggap sebagai manusia, maka si suami berani melakukan hal-hal biadab itu.
       Hanya satu kata kunci untuk menghindari semua itu yaitu " Perlakukan anak wanita sebagai manusia".
Karena mereka memang manusia. Jadi kesimpulannya bahwa dengan memperlakukan wanita sebagai manusia serta memberikan hak-hak kepada wanita sebagaimana mestinya, dijamin deh perselingkuhan     biadab bisa diminimalisir. Anak wanita adalah manusia. So pasti!

                                                                                  Wrtten by : Mr. Nick

                                                                                   Tarakan, 25 Mei 2012



Tidak ada komentar:

Posting Komentar